Get me outta here!

Berjuta Manfaat Menulis

picture by Google

Assalamualaikum semuaa…
Sudah lama sekali enggak nulis –read: ngetik, entah nulis diary, blog, cerita fiksi, dan lain-lain. Kalau mau nulis lagi jadi kikuk. Sepertinya harus diniatkan lagi untuk rajin menulis. Padahal kalau dipikir, aku punya banyak waktu luang. Untuk apa waktu luangku? Ah.. gadget memang membuat malas melakukan aktivitas yang lebih berguna. Harus mulai jauh-jauh dengan gadget supaya waktu dapat digunakan semaksimal mungkin. Meskipun menulis di blog kayak gini terkesan sepele, tapi ada beberapa manfaatnya loh yang udah aku rasain, antara lain:
1.        Berlatih mengungkapkan isi hati
Aku pribadi adalah orang yang tertutup, maka menulis jadi salah satu alternatif mengungkap isi hati. Dengan mengungkapkan isi hati, biasanya hati menjadi lebih ringan.

Mukaku #TeamMinyak

picture by Google

Apa jenis kulitmu? Jenis kulit yang kering, normal, berminyak atau kombinasi?

Bingung nggak sih nentuin jenis kulit? Selain dengan cara periksa ke dokter kulit ataupun kecantikan, untuk tahu jenis kulit banyak caranya kok. Googling aja, pasti banyak hasil yang keluar dari pencarian, hehe. Dan dari beberapa cara yang aku baca, aku lebih prefer cara yang satu ini.

Saat bangun tidur, berkacalah. Lihatlah betapa banyak hal yang harus kamu pertanggung jawabkan. Lihatlah orang tuamu.. Ehhh… eh… Eitss.. ini bukan postingan tentang itu. Salah fokus. Hahaha. Maap eaa.

Fake Smile


Gimana sih rasanya keseringan pasang “fake smile”? Capek juga kan. Tapi apa boleh buat lagi. Yang namanya masalah nggak cuma aku aja yang punya, orang lain pun. Aku nggak boleh merasa bahwa masalah yang aku hadapi sekarang ini adalah masalah yang paling berat dialami manusia kan?

Sebenarnya sering “fake smile” juga ada baik buruknya. Saling berlawanan. Baiknya adalah, orang disekitarku nggak merasa khawatir, buruknya adalah aku bohong sama mereka. Baiknya yang lain, mensugesti diri sendiri untuk lebih positif, buruknya, aku bohong sama diriku sendiri. Senyum juga ibadah sih, asal nggak kelewatan aja yah, senyumnya. Haha. Dan yang terpenting, tersenyum, meskipun itu pura-pura, terkadang memberikan sedikit rasa bersyukur masih diberi kesempatan untuk naik ke level ke jenjang “manusia kuat”. Yah, semoga kita semua selalu diberi kesempatan untuk menjadi lebih baik.

Tapi capek. Apalagi untuk saat seperti ini. Kondisi sekarang ini. Rasanya banyak orang yang makin lama menjauhiku. Bukan karena mereka membenci atau nggak menyukaiku, tapi lebih kepada masing-masing dari kami telah memiliki kesibukan masing-masing, kehidpan masing-masing. Yah.. semoga apa yang aku ungkapkan barusan benar yah, hehe. Karena kesibukan itulah, sharing atau curhat hal-hal ringan hingga berat pun jadi jarang banget. Padahal sharing itu bisa ngurangin beban pikiran, meski sedikit. Ah, aku rindu orang-orang terdekatku. Banyak sekali hal yang ingin disampaikan rasanya, tapi semakin jarangnya bertemu, semakin sulit juga rasanya untuk kemabali dekat dan rekat seperti awal kita sering bertemu.

Menurut kalian gimana tentang “fake smile”? Setuju nggak sama aku? Dan kalian... pastinya pernah dong “fake smile”?

Tolong Jaga Dia



Ada yang pernah mengatakan, kesulitan tidur malam hari disebabkan oleh rasa kesepian. Entahlah itu benar atau salah, yang jelas, sekarang aku mulai kesulitan untuk tidur. Kesepian.. sendiri.. kesedihan.. kata-kata yang saling berkaitan. Ironis.

Mataku hanya tertuju pada satu titik didepanku, hanya satu titik fokus. Pada jam dinding yang terus berdetik menuju menit. Hingga jam, aku sukar untuk tidur. Pikiranku memutar sebuah memori yang terus menerus diulangnya hingga detik ini. Memori yang tak ingin aku lupakan, tapi ingin aku istirahatkan sejenak. Memori ini.. Membuatku terus terpaku pada jam dinding itu, memutar setiap detiknya dengan apa yang telah terjadi, dan tanpa sadar membuatku meneteskan air mata. Tak terbendung. Dan selalu aku tanyakan pada diriku sendiri, inikah aku?

Memori yang masih terpatri jelas, detik demi detik yang telah aku lewati saat itu. Sendiri melawan derasnya rasa bersalah. Sakit. Perih sekali rasanya. Tuhan.. aku berdoa. Dan Dia mendengar doaku, Dia mengabulkan doaku. Dia bersamaku. Dia tidak tidur. Dia terjaga bersamaku menemaniku. Aku malu pada-Nya. Aku benar-benar tak tahu diri.

Aku telah berjanji. Perjanjian antara aku, Tuhan, dan dia. Aku berjanji tak akan melakukan kesalahan yang sama, aku berjanji untuk mengingatnya, meski dalam diam, meski dalam doa. Dan Tuhan, tolong jaga dia untukku, meski aku rasa, dia benar-benar membenciku meski aku telah meminta maaf padanya, tapi tak apa. Aku akan baik-baik saja. Semoga. Tolong jaga dia Tuhan, untukku...

Mukadimah KKN


Serius. Aku mulai kejar-kejaran sama laporan Kerja Praktek. Deadlineku yang harusnya semester enam kelar ternyata sampai sekarang belum kelar. Ternyata nggak semudah yang dibayangkan sebelumnya. Eh... Sorry gaes. Mari back to topic. Sesuai judul. Cerita tentang Kerja Praktek aku post setelah Bab III ku kelar sama dosen. Baper laporan Kerja Praktek belum kelar. Hikz.

Katanya sih, KKN itu ajangnya nyari jodoh. Banyak juga yang kena korban cinlok, alias cinta lokasi. Yang belum punya pacar, bisa banget dapet pacar kalo pinter pedekatenya. Yang udah punya pacar, bisa jadi putus terus pindah kelain hati. Yang udah sama-sama punya pacar, dan nggak mau mutusin pacarnya masing-masing, bisa juga jadi teteeman. Atau yang lebih parah, yang udah punya pacar bisa juga dapet selingkuhan eh….. eh…. Kok jelek semua yak? Hahaha. Engga semuanya kok seperti itu. Nah.. mari kita bahas pengalaman KKN-ku, muehehe. Semoga tidak membosankan yah~

KKN itu apaan sih? KKN adalah Kuliah Kerja Nyata, dimana kami benar-benar (harus) berbaur dengan masyarakat. Karena yang bakalan nilai keberhasilan KKN nggak cuma kampus, tapi masyarakat dilokasi KKN juga menilai lho. Jadi ya.. harus pandai-pandai ngambil hati sih. Berbahagialah wahai kalian yang pintar ambil hati orang, uhuk. Tapi… Nggak cuma itu. Teman satu unit, atau bisa juga disebut kelompok, ikut menilai. Penilaian dari masing-masing individu ini yang berbahaya. Gimana enggak, penilaian diambil setelah satu bulan kami hidup satu atap. Yah.. udah keliatan busuk-busuknya dong ya, haha.

Oke, cukup untuk mukadimmah tentang KKNnya. Tadi itu pandangan yang aku dapetin dari kampusku. Gimana sama kampus kalian? Beda kampus beda juga kali ya..

Nah.. sekarang mulai cerita yang asik-asik aja. Kampusku mengadakan KKN satu bulan. Aku ambil KKN pas semester enam lalu, kena dibulan Agustus. Jadi setelah lebaran beberapa hari, mesti langsung balik ke rantau. Hikz. Sedih betul baru juga ngumpul keluarga rasanya, dan satu bulan aku harus tinggal dengan “orang asing”. Banyak banget pikiran waktu itu. Mulai dari siapa aja yang bakalan jadi satu kelompokku, dimana lokasi posko (rumah induk semang, bisa diartikan sebagai rumah dimana kami tinggal selama KKN), dan masih banyak lagi.

Masalah pertama. Siapa yang jadi kawan sekelompok. Eh.. bukan masalah sebutannya ya. Tapi apapun itulah ya, kalian juga pasti ngerti maksud aku. Bayangin deh, kami satu kelompok terdiri dari delapan orang, yang pastinya beda jurusan. Belum kenal sama sekali. Nggak tahu muka sama sekali. Kemungkinan sekelompok sama orang yang dikenal sangat mustahil. Iyalah, kan yang daftar KKN ada ribuan. Nama kami dikocok seenaknya. Gimana kalo yang cowok otaknya resek? Gimana kalo yang cewek ganjen? Gimana kalo ada yang busuk? Gimana kalo aku ketularan jadi busuknya? Gimana kalo orangnya begini? Gimana kalo orangnya begitu? Gimana kalo aku nggak cocok sama dia? Sama mereka? Gimana.. gimana… ah.. pikiranku egatif semua sebelum kenal sama mereka. Tapi.. setelah aku kenal mereka, ternyata . . . .

B E R S A M B U N G