Get me outta here!
Showing posts with label Stories. Show all posts
Showing posts with label Stories. Show all posts

Long Time Ago, It was You



If this tears can make you come after me again, I would cry all day night for you..
If this tears can bring you back to me, I would do it until this tears can’t flow anymore..
If this tears can make you here, I would cry and called your name out loud..
If this tears….. really exhausted, just because you, I won’t ever blame at you..
just here with me.....

I still remember. The day you said, that true love never lets you to suffer. Because love brings happiness. Well, it was not totally wrong, and also not totally right. But, why couldn’t I say it loudly to you?? And made you understand, my happiness is simple…..

Have you well known me?? Why.. you didn’t feel my feeling with you. All the things we did, have made a thousand smile on me. Didn’t you see that?? Why didn’t you understand??

My day became brighter when I saw your smile. It didn’t matter what we do, you made everything seem better. Easily, you put a smile on my face, and I wanted it for every morning. You’re my sunshine.. You’re my lighter....

My simply happiness was with you, even it came with suffer. It’s simple, wasn’t it?? You always thought you never good enough for me. Why didn’t you understand?? Why did you always try to be anyone else to make me happy?? Anyone who I have never known before, it wasn’t you.. you changed.....

If my happiness came with tears, couldn’t you see that?? Would you say, I’m suffering with you?? My happiness was you, it was you, you who didn’t become anyone else. Just being you. You….

And my suffer, was when time separated us, was when distance made I couldn’t feel you, was when said……. Just find another man better than you, and you disappeared from my eyes, my life….

For that time, it’s all over……………………

Ketidak Jujuran, Itu yang Salah



Pernah nggak lo ngrasain, lo suka sama seseorang tapi posisi lo sebagai sahabat baiknya.? Lo nggak mau dia tahu kalo lo suka sama dia, karena takut dia bakalan ngejauhin lo. Gue ngrasain hal itu, beberapa tahun yang lalu….

Gue pertama kenal dia saat gue masih duduk dibangku SMP, masih lugu banget kan tuh.? Awalnya gue sama dia temenan, ya temen biasa, tapi lambat laun temen biasa itu berubah jadi sahabat. Karena dia selalu ada saat gue butuh, selalu ada saat gue ngarepin ada seseorang yang ngibur gue, selalu member gue apa yang gue butuhin. Jadi sahabat deket banget, dari curhat bareng, hang out bareng, yah pokoknya sering bareng gitu. Hingga gue sadar, gue merasa kesepian kalau nggak ada dia disamping gue.

Suatu saat dia curhat ke gue, dia lagi seneng sama seseorang. Sikap gue saat itu, ya gue seneng dengernya, tapi didalem, rasanya ada sesuatu yang salah sama perasaan gue. Perasaan takut. Perasaan takut kalau dia ninggalin gue. Kalau posisi gue –orang terdekatnya, digantikan oleh cewek itu. Gue gusar.

Dia mulai dekatin cewek itu. Memberi perhatian sama cewek itu, baik sama cewek itu. Gue perhatiin dia, dia seneng banget deket cewek itu. Sedikit demi sedikit, dia mulai ninggalin gue. Sendiri. Meski kadang dia tetep curhat ke gue, tapi itu malah membuat gue sakit. Karena dia cuma bercerita mengenai pujaan hatinya. Saat itu, dalam hati gue mengutuknya. Cowok bodoh, maska dia nggak peka sama perasaan gue sih.?

Dan akhirnya gue tahu apa yang salah sama perasaan gue. Gue suka sama dia….~

Cintanya bertapuk sebelah tangan ternyata, dia sedih. Gue juga ikutan sedih. Tapi entah kenapa, ada rasa lega didalam hati gue. Gue aman. Dia akan kembali deket sama gue. Cowok yang nggak peka ini kembali sama gue. Gue berharap dia peka sama gue.

Suatu saat, waktu misahin kami berdua. Sampai detik inipun dia nggak ngucapin hal yang gue harepin. Hingga gue berpisah sama dia, bukan karena ada masalah. Tapi karena tempat studi gue beda sama dia. Meski jauh, tapi gue dan dia tetep menjalin komunikasi. Meskipun nggak sedeket awalnya. Semakin bertambahnya umur, kita jalani hidup masing masing. Semakin jarang pula kami berkomunikasi. Tapi gue nggak kesepian, karena gue bertemu banyak orang dan sahabat baru. Perasaan itupun hilang.

Gue ketemu dia lagi. Bercengkrama lagi, deket lagi. Beberapa bulan kemudian, dia ngomong jujur sama gue. Dia pernah suka sama gue. Gue kaget. Sejak kapan.? Sejak dia pertama kenal gue, tapi pada akhirnya dia nyerah karena gue nggak pernah nanggepin perasaannya. Bahkan saat dia bilang dia suka sama cewek lain pun, gue malah seneng. Dia semakin yakin, bahwa gue cuma nganggep dia sebagai sahabat, nggak lebih. Dia nyerah sama perasaannya.

Gue diem. Jadi, dia selalu ada saat gue butuh karena dia suka sama gue.? Dia deket sama gue.? Sering telpon, sms, dan komunikasi lain-lain itu meskipun sering ketemu.? Dan.. Waktu itu dia nggak serius suka sama cewek itu.? Cuma buat mancing perasaan gue.?

Gue mikir, sebenarnya salah siapa sih.? Salah gue yang nggak peka.? Gue terlalu bodoh.? Atau salah ketakutan gue ngrusak persahabatan kami.? Atau.. salah dia yang nggak mau jujur saat dia ngrasain itu.?

Dan…. jawabannya adalah.. kami sama sama takut untuk mengungkapkan perasaan ini. Karena takut rasa ini hanya bertepuk sebelah tangan dan malah hubungan bersahabatan ini hancur. Itu yang salah, ketidak jujuran….~

Semoga Hanya Mimpi


Sebelum kamu baca, play musik diatas agar kamu lebih menikmati postingan ini.... :))

Ada saatnya, di mana suatu hari kamu merasa semuanya seperti berjalan baik-baik aja. Sebegitu baiknya hingga kamu selalu meningkari hatimu bahwa ada sesuatu yang salah. Kamu tetap berusaha mengatakan pada hatimu, bahwa semua baik baik saja. Tapi ternyata, kenyataan nggak seperti apa yang kamu bayangin.

Kamu tau, kamu merasa, bahwa ada sesuatu yang salah terjadi antara kamu dan dia. Tapi kamu nggak tau gimana cara ngomongnya. Bisa jadi karena kamu terlalu gengsi untuk bilang, atau kamu nggak bisa menyusun kata hingga menjadi bait indah yang nggak akan menyakitkan perasaan siapapun.

Kamu takut dia menjauhimu, karena kamu masih terlalu sayang sama orang itu dan nggak rela kalau dia sampai pergi meninggalkanmu…~

Kamu ngecek berulang kali handphone kamu. Berharap dia nulis sesuatu ke kamu. Atau ada panggilan tak terjawab yang kamu lewatkan. Tapi ternyata nggak.  Nggak satupun. Nihil. Intuisi kamu bilang, dia sedang bersama orang lain. Kamu mulai ngecek mention-mention yang datang ke dia. Membuka Facebook yang biasanya nggak pernah kamu peduliin.

Kamu berharap kamu nggak menemukan apa pun. Hingga tiba-tiba. Detak jantung kamu berdetak menjadi lebih kencang dari biasanya. Ada yang terjadi disana. Nyata. Satu, kemudian dua, kemudian tiga mention dari satu orang yang sama menghancurkan harapan kamu. Tangan kamu mulai dingin, ujung kaki kamu mulai dingin. Kamu sulit bernapas. Dadamu terasa terhimpit beban yang sangat berat. Ada satu rasa yang asing muncul tiba-tiba. Kamu mencoba menghiraukannya. Dan mulai memilih lagu yang kamu pikir bisa menenangkan perasaan kamu sendiri. Usaha yang sia-sia.

Tanpa kamu sadari. Air matamu menetes perlahan….~

Perasaan nggak enak itu ternyata menggantung seperti awan mendung. Apa pun yang kamu lihat tiba-tiba blur. Kamu kehilangan konsentrasi untuk melakukan apa pun. Bahkan untuk sekadar bernapas pun rasanya nggak enak. Tapi kamu berusaha tetap tenang dan berperilaku seperti nggak ada yang berubah. Kamu berusaha enggak terkalahkan.

Dalam hati kamu, kamu tahu, kamu bakal kehilangan dia dalam waktu dekat....~

Dan tidur menjadi terlalu sulit untuk dilakukan. Karena ketika kamu menutup mata, dia yang datang di pikiran kamu. Ketika kamu akan terlelap, bayangan dia menghabiskan waktu bersama orang lain menyulut kegundahan kamu. Dan kamu tahu persis, memang itu yang sedang terjadi.

Ketika akhirnya kamu memutuskan untuk mengajak dia bicara, kamu tahu apa yang kamu tanyakan. Tapi kamu enggan bertanya. Karena kamu tahu akan seperti apa jawaban dia. Kegelisahan menderaimu.

Rasa khawatirmu mengusai. Akhirnya pertanyaanmu terlontar. Kamu dengarkan jawabannya dengan penuh harap. Diam-diam berharap jawabannya nggak akan seperti itu. Di dalam hati kamu, kamu berharap dia akan meyakinkan kamu kalau semua perasaan kamu salah. Tapi ternyata nggak. Semua yang dia bilang mengkonfirmasi semua kecurigaan kamu. Kemudian kamu sadar, ternyata kamu nggak pernah siap untuk mendengar kenyataan yang sebenarnya.

Betul, kamu nggak akan pernah siap dengan realita ini....~

Kamu hanya terdiam. Berpikir. Kamu mulai mencoba berpikir dengan otakmu, bukan legi dengan perasaanmu. Mencerna setiap kata yang menyesakkan napasmu. Tak ingin menggunakan perasaan. Karena kamu tahu, jika kamu menggunakan perasaanmu, kamu tidak akan pernah mau membiarkan dia pergi.

Kamu mengakhiri hubungan kamu dengan dia. Meskipun setiap pagi kamu masih tetap ngecek handphone, berharap ada sekedar ucapan selamat pagi darinya. Di handphone nihil, kamu lanjutkan menuju Twitter. Berharap ada satu mention yang kamu rindukan. Tetap saja, nihil. Harapanmu masih tersisa, Facebook. Rasa kecewamu semakin memuncak. Tetap nihil. Kamupun menyerah pada situasi ini.

Setiap hari yang kamu lalui membuat kamu teringat dia. Kamu masih ingat betul pembicaraan apa saja yang kalian lakukan. Kamu masih ingat betul kalimat terakhir yang dia bilang ke kamu, sebenernya dia masih sayang kamu, tapi nggak bisa juga mengakhiri hubungannya dengan orang lain seperti yang kamu harapkan.

Kamu masih ingat setiap detail yang kamu lakukan dengan dia. Setiap lagu yang kamu dengar bikin kamu teringat dengan dia. Lagu favorit kamu tiba-tiba jadi musuh terbesarmu.


Kamu benar benar merindukannya....~

Mengubah kebiasaanmu bersamanya nggak semudah bikin kopi. Setiap kamu menghubungi dia, ada jarak yang sepertinya sangat jauh diantara kalian. Ada benteng yang memisahkan dunia kalian. Seperti pada dimensi yang berbeda.

Kamu selalu berpikir. Seperti apa perasaan ini akan berakhir. Karena selalu ada dua kemungkinan, mungkin kamu akan bisa melupakan dia. Mungkin juga tidak.

Dan setiap kamu bangun tidur, kamu selalu berharap bahwa ini adalah sebuah mimpi belaka....~

Among The Two Doors

“Sesak. Saat tahu ternyata kamu begitu mudah nglupain aku. Sakit. Saat tahu ternyata yang kamu cintai adalah salah satu teman baikku.”

“Rasanya dunia ini sudah tak seindah dulu, ketika kamu selalu ada dibelakangku untuk mendukungku. Saat kamu selalu ada disebelahku saat aku sendiri. Saat kamu rela memberikan bahumu untukku sebagai tempat bersandar. Saat kamu rela berikan tubuhmu untuk melindungiku. Saat kamu rela memelukku untuk melindungiku. Saat kamu tak ingin melepaskan tangan ini tak ingin berpisah. Saat kamu tak ingin melihat air mataku menetes. Dimana kamu.? Aku butuh kamu. Sekarang. Apa salahku ke kamu.? Sampai kamu ninggalin aku gitu aja. Bagaimana ini.? Dulu yang tak ingin melihatku menangis, kini malah menjadi penyebab aku menangis. “

“Bagaimana dengan janji yang kamu kasih ke aku kalau kamu bakal jagain aku.? Aku pikir, kamu yang terbaik buat aku. Aku pikir, kamu bakalan selalu ada disisiku. Ternyata aku salah. Bahkan kamu sekarang sudah punya penggantiku. Lalu bagaimana dengan aku.? Empat bulan setelah perpisahan itu, aku masih belum bisa menghapus bayanganmu sedetikpun, tapi mengapa, kamu sudah mendapatkan penggantiku.? Empat bulan.. Jahat.. “

Sudah beberapa hari ini setelah Tea tahu Iko berpacaran dengan Cahaya, mendadak Tea tidak bisa tidur malam. Ujung-ujungnya hanya memandang foto Iko yang tersenyum manis padanya itu. Manis. Masih tertap rasanya, meskipun dia meninggalkan Tea gitu aja, dan harusnya Tea jadikan Iko sebagi orang yang paling dia benci. Tapi dia nggak bisa, Tea nggak bisa benci. Jujur.

****

“Matamu kenapa sayang.? Nggak bisa tidur lagi.?”
“Eh… kelihatan banget ya ma.? Iya nih, Tea nggak bisa tidur lagi. Eh udah jam setengah tujuh, Tea berangkat ya ma……….”
“Eh sarapan dulu Tea nanti kamu sakiiiiit……”

Belum selesai mamanya berbicara Tea sudah pergi. Mamanya tahu, pasti Tea menangis lagi. Tanpa diberitahupun, mamanya sudah tahu bagaimana perasaan anak satu satunya itu. Mamanya sudah tidak tahu lagi, bagaimana membuat Tea melupakan laki laki itu. Laki laki yang Tea sayangi itu. Mama Tea mengenal betul siapa Iko, mantan pacar Tea. Tea sudah mengenalkannya pada mama, dan kebetulan Mama Tea pun mengenal ibu Iko karena mereka seprofesi, sebagai seorang perawat disalah satu rumah sakit  swasta ternama.

“Pa, bagaimana ini.? Mama nggak mau lihat Tea sedih terus begini….”
“Ah mama, namanya juga remaja. Nanti juga lupa.”
“Tapi Pa, ini sudah berbulan bulan. Dan akhir-akhir ini, mama jarang lihat Tea tidur nyenyak lagi.”
“Hmmmh, namanya juga pacaran pertama Ma. Tea sudah SMA Ma, kelas dua ini lagi. Papa percaya Tea bakalan baik baik aja kok…”
….

Di samping rumahnya, Maris sedang mencuci mobilnya. Melihat Tea yang keluar buru buru dengan matanya yang….. aneh. Maris tahu, Tea sedang dilanda masalah.
“Te… mau aku anter.?”
“Nggak makasih…”
“Ntar telat lho…”
“Lebih telat lagi kalo ngladenin kamu…”
“Idih sewot amat…”
….

Langkah kakinya yang cepat tidak juga mebuatnya cepat sampai. Malah cepat lelah. Dihentikannya kakinya, dia membungkuk. Peritnya sakit. Juga ngos ngosan. Saat akan kembali melangkah, ia menubruk seseorang.
“Aduh….”
“Eh maaf kak…” Dilihatnya wajah orang asing itu. Tampan dan bersahaja. Tea terpesona, tanpa dikomando dia sudah tersenyum manis.
“Eh.. Nggak papa kok dek.” Tidak kalah, lelaki inipun tersenyum manis dan memandang wajah Tea yang sedikit berantakan. Lelaki ini terpana pada pandangan pertama. Sebelum terlambat, memulai pembicaraan. “Aku Narayan.”
“Aku Tea…” jawabnya semangat
“Kamu terlambat ya.?”
“Eh… iya….” Katanya sambil menepuk dahinya. “Aku pergi dulu kak. Sampai ketemu lagi…” katanya sambil melangkah pergi.

****

“Eh Tea, kamu nggak bisa tidur lagi ya.?”
“Iya nih, aku nggak mood banget. Nggak sarapan lagi telat bangun.”
“Oke oke, ntar aku anter ke kantin. Eh itu Asya. Eh Sya sini….”
“Apaan.?” Asya berjalan mendekati Tea dan Eda.
“Ngobrol donk, nyonya lagi suntuk tuh…” kata Eda sambil menunjuk Tea yang tertunduk lesu
“Eh apaan si kamu…”
“Aku bisa tebak ni. Kebiasaany nyonya nih….”
“hahaha…” Eda dan Asya pun tertawa, dibalas dengan cibiran Tea yang langsung mlengos.

Tea, Asya, Eda, Nami dan Frasya adalah teman baik. Meskipun mereka beda kelas. Tea, Asya dan Eda ada dikelas 2 IPA 4, Nami 2 IPA 2, dan Frasya 2 IPA 6, bersama Cahaya. Sebenarnya, dulu sebelum Cahaya berpacaran dengan Iko, Cahaya adalah salah satu teman terdekat Tea. Mereka sering memiliki rasa yang sama, ide yang sama, curhat masalah apapun, sering sekali mereka melakukan hal yang sama berdua, disamping mereka berempat. Tapi setelah tahu Cahaya adalah pacar Iko sekarang, otomatis Tea merasa risih berada disamping Cahaya. Eda, Asya, Nami dan Frasya tahu betul bagaimana perasaan sahabatnya itu, maka dari itu, mereka sengaja menjaga jarak dengan Cahaya. Tea berpesan agar tak membenci Cahaya, karena bagaimanapun juga, dia teman mereka. Namun mereka sudah tidak lagi dengan Cahaya.

“Kantin yuuuuuuk…”
“Siapa yang nggak sarapan, siapa yang kelaparan… aku yang nggak sarapan Daaa, bukan kamu..”
“Kayaknya lapernya nular deh.. hehe”
“Ngaco aja si kamu Da..”
“ha ha ha” Tea dan Asya tertawa bersama.
“Eh itu Nami sama Frasya tuh. Udah ngemil ja tuh di kantin.” Kata Tea sambil menunjuk temannya itu yang asik melahap makanan.
….

“Eh, aku aja yang pesen makanan. Kayak biasa kan.?” Pinta Asya
“Siip deh Sya…” jawab mereka bersamaan
“Eh by the way Te, aku punya sepupu cakep abis. Anak UGM pula… Kerennya jangan ditanya deh….. Anak pakde ku yang di Yogya, kayaaa lagiiii…….Eh dia lagi liburan, mau aku kenalin.??”
“Hah.? Kamu punya sepupu cakep, keren, tajir, pinter.?”
“Aku nawarinnya ke Nyonya, bukan kamu cecunguk…” jawab Frasya
“huuuuu….” Jawab Eda senewen
“Tergantung jurusannya donk…” jawab Tea sok tertarik
“Lu ngremehin sepupu gue Te.?”
“Eh, lu jadi sewot si.? Lu gue gituh.? Bahasamu itu Iuuuuhh…”
“ha ha ha….” tawa mereka kembali meluap. Sejenak Tea melupakan sosok Iko yang terus menghantuinya.
“UGM tauuuuu, teknik kimiaaaaaaaaaaa……”
“Weeeeeuuuw….” Asya yang baru datang membawa makanan pun ikut terpesona
“Terus maksudmu apa neng.?” Tukas Tea
“Siapa tahu aja kamu tertarik Te, sepupuku baik kok…”
“Buat aku aja kalo kamu nggak mau Te…” srobot Eda
“Eh ada apa nih, aku nggak diajak sih…” kata Asya bingung
“ha ha ha” tawapun kembali lepas
“Eh tadi aku ketemu cowok cakep banget. Aku terpesona….”
“Yakin kamu.? Udah move on yah.?” Ledek Eda
“Sialan….” Tea mincus
….

Bersambung…..

Cerita selanjutnya dapat di baca di “Among The Two Doors” part.II

A Lover's Call


by : Kahlil Gibran

Where are you, my beloved?
Are you in that little paradise,
watering the flowers who look upon you
As infants look upon the breast of their mothers?

Or are you in your chamber where the shrine of virtue has been placed in your honor,
 and upon 
Which you offer my heart and soul as sacrifice?

Or amongst the books, seeking human knowledge,
While you are replete with heavenly wisdom? 
Oh companion of my soul, where are you?
Are you praying in the temple?
Or calling Nature in the field, haven of your dreams?

Are you in the huts of the poor,
consoling the broken-hearted with the sweetness of your soul, and
Filling their hands with your bounty?

You are God's spirit everywhere
You are stronger than the ages

Do you have memory of the day we met,
when the halo of Your spirit surrounded us,
and the Angels of Love Floated about,
Singing the praise of the soul's deed?

Do you recollect our sitting in the shade of the branches,
Sheltering ourselves from Humanity,
as the ribs protect the divine secret of the heart from injury?

Remember you the trails and forest we walked,
with hands joined, and our heads leaning against each other,
 as if we were hiding ourselves within ourselves?

Recall you the hour I bade you farewell,
And the Maritime kiss you placed on my lips?
That kiss taught me that joining of lips in Love
Reveals heavenly secrets which the tongue cannot utter!

That kiss was introduction to a great sigh,
Like the Almighty's breath that turned earth into man
That sigh led my way into the spiritual world,
Announcing the glory of my soul, and there
It shall perpetuate until again we meet

I remember when you kissed me and kissed me,
With tears coursing your cheeks,
and you said,
"Earthly bodies must often separate for earthly purpose,
And must live apart impelled by worldly intent

"But the spirit remains joined safely in the hands of
Love, until death arrives and takes joined souls to God

"Go, my beloved; Love has chosen you her delegate,
Over her, for she is Beauty who offers to her follower

The cup of the sweetness of life
As for my own empty arms, your love shall remain my comforting groom
your memory, my Eternal wedding." 

Where are you now, my other self?
Are you awake in the silence of the night?
Let the clean breeze convey to you my heart's every beat and affection.

Are you fondling my face in your memory?
That image is no longer my own,
for Sorrow has dropped his shadow on my happy countenance of the past

Sobs have withered my eyes which reflected your beauty
And dried my lips which you sweetened with kisses

Where are you, my beloved?
Do you hear my weeping from beyond the ocean?
Do you understand my need?
Do you know the greatness of my patience?

Is there any spirit in the air capable of conveying
To you the breath of this dying youth?
Is there any secret communication between angels that will carry to You my complaint?


Where are you, my beautiful star?
The obscurity of life
Has cast me upon its bosom; sorrow has conquered me

Sail your smile into the air; it will reach and enliven me!
Breathe your fragrance into the air; it will sustain me!

Where are you, me beloved?
Oh, how great is Love!
And how little am I!

My Precious Thing ( XI English - Spoof )



"my precious thing"
One day, I slept late and woke up late too. I took a bath, wore my uniform, used my glasses, and went to school in a hurry. Finally, I arrived at school. Fortunately, I wasn’t late. But I felt, there was something that I forgot to bring. Yeah, that was my precious thing. So, I asked Nana to accompany me go to my home to take it. Arrived home, I searched it whole of my house, but I couldn’t find it. Desperately, I went back to school.

“Have you got it.?” Peby asked.

“I couldn’t find it..”

Fell Down From Bicycle ( X English - Recount Text )


Saat Shamagachi kelas X SMA, Shamagachi ditugasin untuk membuat Recount Text. Shamagachi ngarang sendiri lho, dari kisah nyata. -ckck- Nach Shamagachi share ni.. Semoga dapat membantu Gachi-ers yang mendapat tugas sama yach.. Semangat.!


 Fell Down from Bicycle
by    : Anggraeni Dias Saputri

The Old Grandfather and His Son ( IX English - Narrative )




Hai.......................... ^w^

Shamagachi akan share lagi nich, kali ini tentang tugas kelas IX mapel English. Tugasnya itu tentang Narrative gitu, semoga bermanfaat ya buat Gachi-ers yang sedang nyari tugas Narrative.. ^w^

The Old Grandfather and His Son