Get me outta here!

When We Were

         

                Tuhan mengajarkan kita banyak hal. Salah satunya, mempertemukan kita pada seseorang hanya untuk mengenalkan kita, apa itu perasaan sakit. 

Aku pun tersadar sesuatu. Sesuatu yang dulu pernah membuatku terjatuh. Tentang sebuah perasaan yang semua manusia pernah merasakannya. Tersakiti hatinya, oleh seorang laki-laki yang dahulu pernah aku sayangi. Perasaan yang benar menyesakkan dada, hingga saat ku tertidur, aku berharap bahwa apa yang aku rasakan saat ini hanyalah sebuah mimpi. Atau, aku berharap, bahwa dia, yang membuatku terjatuh, datang dihadapanku dengan senyum manis dan berkata, bahwa apa yang dilakukannya saat ini hanya sandiwara, untuk mengujiku seberapa kuat perasaanku padanya. Begitu seterusnya harapanku, angan kosong. Hingga aku merasa seperti orang gila karena hal itu tak kunjung terjadi.

Dan akupun tersadar dari kegilaanku itu. Bahwa inilah kenyataan yang ku hadapi. Aku terus berusaha menguatkan hati untuk tetap tegar. Memasukkan segala macam motivasi dalam otakku hingga penuh. Menyibukkan diri agar aku lupa apa yang terjadi. Tapi didalam hati yang terdalam, aku tetap menginginkan kehadirannya. Selalu.

Sekarang aku telah sembuh dari kagilaan itu. Bahkan bisa menertawakan kebodohanku saat itu. Ingat, Tuhan melakukan itu sebagai pembelajaran untukku. Untuk saling menghargai satu sama lain. Agar kita mengerti bagaimana rasanya disakiti, sehingga kita tak menyakiti yang lain. Bukan sebaliknya.

Aku memang berniat melupakan, tapi tak sedalam ini. Hingga aku lupa, kapan awal kita bertemu. Ataupun kapan terakhir kita bertemu. Aku tidak benar benar berniat untuk melupakan itu, hanya saja aku berdoa pada Tuhan, untuk mengistirahatkan hatiku yang letih ini, dari segala macam perasaan berkaitan dengan lawan jenis. Terutama padamu.

Kini aku menyadari sesuatu, ada yang hilang, sebuah kisah, yang entah apa. Aku tak lagi mengingatnya dengan baik. Kubuka lagi pecahan masa lalu yang tertinggal, nihil. Kapan?? Aku terus mengingat. Aku memang bukan pengingat yang baik, tapi mengenai perasaan, harusnya lebih membekas. Jujur, tak kuingat kapan kita berpisah. Benarkah aku telah benar-benar melupakanmu?? Mungkinkah karena ada seseorang lain yang lebih menyita perasaanku??

Aku tak merindukanmu. Sungguh. Aku hanya ingin merangkai kisah-kisah kelamku. Agar aku bisa tetap berdiri meski hal yang sama mungkin saja akan terjadi lagi. Tidak. Aku tak mengharapkan itu terjadi lagi. Semoga, sungguh kali ini aku tak ingin merasakannya lagi. Aku tak ingin mengulang kesalahan yang sama, kesekian kalinya.


Semoga Tuhan medengar doaku..

1 comment:

  1. Karena rasa sakit hanya akan menjadi kenangan :')

    *ngusap air mata

    ReplyDelete