Get me outta here!

Diantara Dua Pilihan



Gambar asli dari sini

Terkadang, banyak pilihan memang membingungkan. Tidak, bukan terkadang. Tapi seringnya. Tapi ternyata, bagiku sendiri, menurutku pribadi, dua pilihan justru lebih membingungkan. Entah mengapa. Tapi pertimbangan seperti ini jauh lebih sulit. Memang setiap hal memiliki konteks yang berbeda. Tapi.. apapun itu, banyak kejadian yang memberikan dua pilihan justru harus lebih keras dalam berpikir. Banyak kejadian, dari masa lalu, hingga masa kini. Aku masih harus berpikir keras dalam dua pilihan.

Dalam dua pilihan, pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Yang menang pastilah hanya satu. Suatu kebanggaan. Dan yang kalah, pasti merasa benar-benar dalam keterpurukan. Karena dia hanya sendiri. Coba kalau banyak pilihan. Menang satu, sisanya yang lain kalah. Sama-sama dalam keterpurukan sih, tapi setidaknya keterpurukan itu bisa dibagi rata.

Dua pilihan sulit. Terlebih dalam hal perasaan. Dia atau kamu….


Keteranagan:
Posting ini dibuat bukan karena masalah asmara semata ya, hehe. Tapi karena aku bingung menentukan mau ikutan makrab jurusan BIOS (Blend Informatics in One Soul) atau MABIT UKMK CENTRIS (Centre of Islamic Engineers). Dilema. Dua pilihan ini, yang sama-sama mengasikkan bagiku. Tapi aku harus menentukan pilihan bukan?? Pada akhirnya aku memilih BIOS. Karena dialah yang pertama kali mengajakku berkenalan, ceilaa.. wkwkw. Aku memilih setia deh.. #now playing: Fathin – Memilih Setia.

Apakah Semua Agama Sama??


Apakah setiap agama itu benar-benar sama?? Ada persamaannya, yaitu sama-sama suatu agama. Tetapi masing-masing agama tentu saja berbeda-beda. Setidaknya, berbeda tata cara ibadahnya, berbeda kitab sucinya, dan berbeda hal-hal lainnya meskipun ada sisi kesamaan tertentu diantaranya. Jika semua agama menuju Allah yang sama, keyakinan ini tentu harus punya banyak persamaan dalam ajaran, cara menggambarkan Allah, dan penjelasan tentang maksud-tujuan Allah.

Anggapan-anggapan bahwa semua agama itu sama sudah ada semenjak dahulu. Orang-orang musyrik jahiliyyah memiliki keyakinan demikian, sehingga pernah menawarkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk mempersatukan agama mereka dengan agama Islam. Hal itu ditolak dengan tegas di dalam surat Al-Kâfirûn, yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad.

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُ‌ونَ ﴿١﴾ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢﴾ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٣
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤﴾ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٥﴾ لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦

Artinya:
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, (1)
 Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. (2)
Dan kamu bukan penyembah Rabb yang aku sembah. (3)
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, (4)
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Rabb yang aku sembah. (5)
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku". (6)
(QS. Al Kafirun: 1-6)

Dalam sudut pandang Islam, sikap menghargai dan toleran kepada pemeluk agama lain adalah mutlak untuk dijalankan, sebagai bagian dari keberagaman (pluralitas). Namun anggapan bahwa semua agama adalah sama tidak diperkenankan, dengan kata lain tidak menganggap bahwa Tuhan yang Islam sembah adalah Tuhan yang non-Islam sembah.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerbitkan fatwa melarang paham pluralisme dalam agama Islam. Karena pluralisme itu sendiri didefiniskan sebagai "Suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relative, oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah.” Paham pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di surga.

Namun demikian, paham pluralisme ini banyak dijalankan dan kian disebarkan oleh kalangan Muslim itu sendiri. Solusi Islam terhadap adanya pluralisme agama adalah dengan mengakui perbedaan dan identitas agama masing-masing. Tapi solusi paham pluralisme agama diorientasikan untuk menghilangkan konflik dan sekaligus menghilangkan perbedaan dan identitas agama-agama yang ada. Di Indonesia sendiri ada agama yang meyakini adanya faham pluralisme, yaitu Jaringan Islam Liberal.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
 dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu
 Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lahi Maha Mengenal.”
(QS Al-Hujarat: 13)

Menurut sebuah ensiklopedi, saat ini ada 9.900 agama di seluruh dunia, beberapa di antaranya terdapat di banyak bagian dunia dan memiliki jutaan umat. Diperkirakan, sekitar 70 persen umat manusia memeluk lima agama utama yaitu Buddha, Hindu, Kristen, Islam, dan Yudaisme. Jika semua agama menuju Allah yang sama, kelima keyakinan ini tentu harus punya banyak persamaan dalam ajaran, cara menggambarkan Allah, dan penjelasan tentang maksud-tujuan Allah.

Teolog Katolik Roma Hans Küng mengatakan bahwa agama-agama utama memiliki beberapa doktrin dasar serupa dalam bidang hubungan antarmanusia. Misalnya, kebanyakan setuju untuk tidak membunuh, tidak berdusta, berbakti kepada orang tua serta kasih kepada anak-anak, dan lain-laun. Namun dalam hal-hal lain, khususnya dalam menggambarkan Allah, perbedaan agama-agama utama ini begitu besar.

Islam adalah agama tauhid, berbeda dengan agama lain kebanyakan yang menyembah lebih dari satu Tuhannya. Sebagai contoh, orang Hindu menyembah sejumlah besar dewa, sedangkan orang Buddha tidak yakin tentang suatu pribadi Allah. Islam mengajarkan bahwa Allah itu esa. Begitu pula gereja-gereja yang mengaku Kristen, tetapi kebanyakan di antaranya juga mengakui bahwa Allah itu Tritunggal. Bahkan dalam berbagai gereja ada beragam dogma. Maria, ibu Yesus, adalah objek pengabdian orang Katolik tetapi tidak demikian bagi orang Protestan.

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu,
melainkan Kami wahyukan kepadanya:
 “Bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah Aku.”
(QS Al Anbiya: 25)

Masuk akalkah bahwa agama-agama yang menganut beragam kepercayaan tersebut semuanya dapat menyembah Allah yang sama? Sama sekali tidak. Akibatnya justru kesimpangsiuran semata soal siapa Allah itu dan apa yang Ia harapkan dari para penyembah-Nya.Allahu’alam.